Salah satu hal yang tidak asing lagi bagi wajib pajak ialah kurs tengah Bank Indonesia (BI). Kurs ialah konversi mata uang suatu negara dalam mata uang negara lain. Kurs ini digunakan dalam penukaran mata uang, dimana nilainya tidaklah menentu dari hari ke hari. Jika kamu ingin pergi ke negara lain misalnya Amerika, maka kamu perlu melakukan penukaran mata uang dari Rupiah ke Dollar Amerika, setidaknya beberapa hari sebelum hari keberangkatanmu.

Ada tiga macam kurs dalam dunia perbankan, yakni kurs jual, kurs beli dan kurs tengah. Kurs jual yaitu kurs yang digunakan oleh Bank saat menjual suatu mata uang asing. Dalam hal ini, Bank sebagai penjual dan kamu sebagai pembeli. Sedangkan kurs beli ialah kurs yang digunakan oleh Bank ketika membeli suatu mata uang asing. Dalam arti lain, Bank sebagai pembeli dan kamu sebagai penjual.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan kurs tengah? Simak ulasan selengkapnya berikut ini!

Pengertian Kurs Tengah Bank Indonesia

Pengertian Kurs Tengah Bank Indonesia

Kurs tengah Bank Indonesia merupakan kurs yang berlaku dalam pencatatan nilai konversi mata uang asing yang dirangkum dalam laporan keuangan perusahaan. Seperti istilahnya, nilai kurs tengah berada di antara kurs jual dan kurs beli. Jadi, rumus perhitungannya yaitu kurs jual ditambah kurs beli, kemudian dibagi dua.

Fungsi Kurs Tengah dalam Pelaporan Pajak

Fungsi Kurs Tengah dalam Pelaporan Pajak

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak dilirik oleh investor asing. Tak sedikit perusahaan asing yang merintis usahanya di negeri ini. Nah, oleh karena itu dalam membuat laporan keuangannya, perusahaan asing menggunakan kurs tengah Bank Indonesia.

Penetapan nilai kurs tengah ini berdasarkan nilai kurs jual dan kurs beli dalam satu periode yang sama. Bila di akhir periode muncul perbedaan antara nilai dengan awal periode, maka laba atau rugi yang timbul dinyatakan dalam Other Comprehensive Income atau OCI. Istilah lainnya ialah Cash in Bank.

Perhatikan studi kasus di bawah ini!

Diketahui saldo awal akun kas dan bank dalam mata uang Dolar (USD) sebesar $4025 atau setara Rp 56.350.000,00 dengan nilai per satu Dolar adalah Rp 14.000,00. Pada akhir tahun buku perusahaan nilai kurs per 1 Dolar adalah Rp 15.000,00 dengan asumsi saldo kas dan bank sama dengan saldo awal yakni $4025. Maka nilai $4025 yang semula Rp 56.350.000,00 berubah menjadi Rp 60.375.000,00. Dengan kata lain ada selisih kurs sebesar Rp 4.025.000,00.

  • Saldo awal kas dan bank: Rp 56.350.000,00 ($1 = 14.000)
  • Saldo akhir kas dan bank: Rp 60.375.000,00 ($1 = 15.000)
  • Selisih kurs: Rp 4.025.000,00

Kas dan bank pada laporan neraca akan mengalami penurunan yang diakibatkan konversi nilai kurs Dolar ke mata uang Rupiah sebesar Rp 4.025.000,00 sebagaimana telah dijelaskan di atas. Selisih kurs tersebut akan mempengaruhi penurunan laba bersih perusahaan pada laporan keuangannya.

Faktor yang Mempengaruhi Nilai Kurs

Faktor yang Mempengaruhi Nilai Kurs

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai kurs, antara lain:

1. Kontrol dari Pemerintah

Pemerintah berwenang atas intervensi dalam sektor perekonomian. Sehingga keseimbangan sektor ekonomi mikro maupun makro terjaga dengan baik. Begitu juga dengan keseimbangan dan kestabilan nilai tukar Rupiah dengan mata uang negara lain.

2. Tingkat Inflasi dan Deflasi

Salah satu faktor terpenting dalam perkembangan nilai tukar mata uang suatu negara ialah inflasi. Karenanya dapat terjadi penurunan terhadap nilai tukar mata uang suatu negara. Sebaliknya, deflasi yang terjadi dapat menaikkan nilai tukar mata uang suatu negara.

3. Perbedaan Suku Bunga Beberapa Negara

Perubahan nilai suku bunga di suatu negara dapat mempengaruhi arus modal internasional. Bila terjadi kenaikan suku bunga, maka masuknya modal asing pun akan meningkat. Dan sebaliknya, suku bunga yang menurun akan melemahkan masuknya modal asing.

Suku bunga juga memberikan pengaruh pada pasar valuta asing dan pasar uang. Perbedaan suku bunga di pasar modal nasional maupun internasional berdasarkan perolehan laba menjadi pertimbangan bank saat melakukan transaksi.

4. Aktivitas Neraca Pembayaran

Peningkatan nilai mata uang nasional dapat terjadi karena neraca pembayaran aktif. Dampaknya dapat dilihat dari nilai tukar uang berdasarkan tingkat keterbukaan ekonomi.

5. Tingkat Pendapatan Relatif

Jika pertumbuhan pendapatan meningkat maka akan berpengaruh pada melemahnya kurs mata uang asing. Hal tersebut terjadi karena meningkatnya pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan akan mata uang asing bahkan lebih dari ketersediaannya.

6. Ekspetasi

Ekspetasi terhadap nilai mata uang di masa depan akan mempengaruhi nilai tukar valuta asing. Hal ini akan direspon cepat oleh pasar valuta asing sebab berimbas pada nilai tukar mata uang di masa depan.

Lakukan Penukaran Mata Uang Asing di Waktu yang Tepat

Lakukan Penukaran Mata Uang Asing di Waktu yang Tepat

Bila kamu membutuhkan mata uang asing dan tidak ingin terkena kerugian yang besar, maka lakukan penukarannya di waktu yang tepat. Kurs mata uang berubah-ubah setiap harinya, jadi kamu bisa mempertimbangkan kapan saatnya menukar dengan melihat harga jual belinya. Begitu pun saat kamu ingin menukar mata uang negara lain ke dalam mata uang Rupiah.