Dalam dunia akuntansi inventory turnover merupakan istilah yang berkaitan dengan persediaan dan penjualan barang. Semakin tinggi nilai inventory turnover sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut efisien dalam mengelola inventory-nya.

Pengertian Inventory Turnover

Pengertian Inventory Turnover

Inventory turnover adalah istilah yang merujuk pada suatu ukuran yang menunjukkan jumlah intensitas atau berapa kali persediaan di produksi dan dijual pada periode tertentu. Tujuannya untuk membandingkan jumlah inventory yang dimiliki suatu bisnis dengan penjualannya.

Kata ‘inventory’ berarti persediaan barang yang menjadi modal kerja dalam suatu bisnis. Persediaan ini menjadi aktiva yang nantinya akan terus mengalami perputaran secara berkesinambungan.

Sementara itu kata ‘turnover’ adalah intensitas atau berapa kali persediaan barang yang dimiliki oleh suatu bisnis dijual atau diganti dalam setahun.

Menghitung inventory turnover oleh suatu perusahaan menjadi proses yang penting, karena melalui hal itulah perusahaan dapat mengukur tingkat perputaran persediaan barangnya.

Tidak hanya itu saja, inventory turnover juga akan menunjukkan hubungan antara persediaan barang yang dibutuhkan demi memenuhi tingkat penjualan.

Semakin tinggi nilai Inventory Turnover Ratio sebuah perusahaan, menunjukkan semakin sering barang yang mengindikasikan perusahaan cukup efisien dalam mengelola inventorynya. Yang berarti pula menambah pendapatan dan menghemat pengeluaran.

Cara Menghitung Inventory Turnover

Cara Menghitung Inventory Turnover

Rumus yang digunakan dalam menghitung inventory turnover ada dua jenis. Meskipun memiliki rumus yang berbeda, sebenarnya hasil dari perhitungan ini tidak terlalu berbeda jauh. berikut ini adalah kedua rumus tersebut.

1. Rumus Pertama

Rumus pertama yang digunakan untuk menghitung inventory turnover adalah teori yang diungkapkan oleh Kasmir.

Inventory Turnover = (Harga Pokok Penjualan / Persediaan)

Perhitungan inventory turnover dengan menggunakan rumus dari Kasmir dianggap kurang akurat. Oleh sebab itu rumus ini jarang digunakan dalam menghitung inventory turnover.

Tetapi sebelum itu perlu diketahui bahwa persediaan yang digunakan di dalam rumus perhitungan adalah rata-rata. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut.

Rata-rata Persediaan = (Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2

Dengan begitu jika dihitung secara lengkap, maka rumusnya dapat digambarkan sebagai berikut.

Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan / ((Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2)

2. Rumus Kedua

Rumus kedua ini merupakan rumus yang paling sering dan umum digunakan dalam perhitungan inventory turnover. Dalam perhitungan inventorty turnover menggunakan rumus ini, margin laba tidak perlu dimasukkan ke dalam rumus. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut.

Inventory Turnover = Harga Produksi / Rata-Rata Persediaan

Sama seperti rumus pertama menurut Kasmir, jika perhitungan rata-rata persediaan juga dimasukkan ke dalam rumus tersebut, maka rumusnya dapat digambarkan sebagai berikut.

Inventory Turnover = Harga Pokok Produksi (HPP) / ((Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2)

Contoh Perhitungan Inventory Turnover

Contoh Perhitungan Inventory Turnover

Contoh soal terkait inventory turnover misalnya pada tahun 2017 suatu perusahaan merilis laporan keuangannya. Pada laporan tersebut tercatat bahwa nilai inventory perusahaan adalah sebesar Rp 3.000.000.000.000.

Selanjutnya pada tahun 2018 perusahaan tersebut kembali merilis laporan keuangannya dimana nilai inventory perusahaan sebesar Rp 3.200.000.000.000, nilai penjualan sebesar Rp 45.200.000.000.000, dan HPP-nya sebesar Rp 35.500.000.000.000.

Pertanyaannya adalah berapa nilai inventory turnover dari perusahaan tersebut? Perhitungannya dapat menggunakan rumus pertama ataupun rumus kedua. Adapun proses penyelesaiannya adalah sebagai berikut.

Rumus Pertama:

Rumus Pertama:

Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan / ((Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2) Inventory Turnover = Rp 45.200.000.000.000 / ((Rp 3.000.000.000.000 + Rp 3.200.000.000.000) / 2) = Rp 45.200.000.000.000 / (Rp 6.200.000.000.000 / 2) = 45.200.000.000.000 / 3.100.000.000.000 = 14,58 kali

Rumus Kedua:

Rumus Kedua:

Inventory Turnover = Harga Pokok Produksi (HPP) / ((Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2) Inventory Turnover = Rp 35.500.000.000.000 / ((Rp 3.000.000.000.000 + Rp 3.200.000.000.000) / 2) = Rp 35.500.000.000.000 / ( Rp 6.200.000.000.000 / 2) = 35.500.000.000.000 / 3.100.000.000.000 = 11,45 kali

Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus pertama dan rumus kedua, maka dapat dilihat berapa kali persediaan barang dari perusahan tersebut berputar.

Hasil dari rumus pertama menunjukkan perputarannya sebanyak 14,58 kali, sedangkan dari rumus kedua perputarannya sebanyak 11,45 kali dalam suatu periode.

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa proses penjualan barang dari perusahaan tersebut termasuk lancar, karena mengalami beberapa kali perputaran dalam suatu periode. Inilah salah satu alasan pentingnya menghitungan inventory turnover dalam suatu perusahaan.

Penilaian Inventory Turnover

Penilaian Inventory Turnover

Setelah menghitung nilai inventory turnover, maka menilai persediaan barang yang diproduksi dalam satu periode dan penjualannya.

Lantas langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap nilai inventory turnover suatu perusahaan. Penilaian ini juga penting, karena akan menunjukkan kinerja dan kualitas suatu perusahaan.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai inventory turnover menunjukkan rata-rata berapa kali persediaan barang yang diproduksi atau inventory yang dijual dalam satu periode. Semakin tinggi nilai inventory turnover perusahaan, maka besar pendapatan dan keuntungan perusahaan juga semakin tinggi.

Nilai inventory turnover yang tinggi juga menunjukkan bahwa proses penjualan barang perusahaan termasuk cepat. Dengan demikian maka kemungkinan barang mengalami kerusakan atau tertinggal hingga usang akan berkurang. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan manajemen inventory yang efisien.

Ketika manajemen inventory perusahaan bersifta efisien, maka besarnya pengeluaran yang digunakan akan lebih hemat, sehingga peluang untuk melakukan pinjaman melalui pihak lain akan lebih kecil. Selain itu perusahaan justru mempunyai peluang besar untuk menginvestasikan dana yang dimiliki untuk hal lain.