Risiko merupakan hal yang tak terpisahkan dalam setiap aspek kehidupan terutama dalam investasi. Berbagai macam cara dilakukan untuk melakukan mitigasi risiko, mulai dari mengenali jenis risiko investasi hingga menemukan cara untuk mengantisipasinya. Profil risiko juga merupakan faktor yang diperhitungkan saat melakukan manajemen risiko investasi.

Pentingnya manajemen risiko investasi tentu bertujuan agar investasi yang kamu lakukan terhindar dari kerugian. Tujuan dari berinvestasi untuk memperoleh keuntungan, kan? Itu sebabnya, setiap investor harus menerapkan manajemen risiko investasi. Bahkan, investor berpengalaman sekalipun. Nah, apapun status kamu, sebagai investor berpengalaman atau investor pemula, sudahkah kamu paham mengenai manajemen risiko investasi? Yuk, pelajari bersama MoneyDuck melalui penjelasan lengkapnya di bawah ini!

Apa Itu Pengertian Manajemen Risiko Investasi?

Manajemen risiko investasi diperlukan agar terhindar dari kerugian

Dalam dunia investasi, manajemen risiko investasi adalah proses identifikasi, analisis, dan mitigasi risiko dari ketidakpastian. Manajemen risiko investasi juga merupakan upaya yang dilakukan oleh investor untuk menganalisis potensi kerugian agar dapat menentukan tindakan yang tepat.

Risiko investasi terbagi menjadi beberapa jenis, mulai dari risiko pasar, likuiditas, inflasi, hingga politik. Tingkatan risiko juga terbagi menjadi beberapa tingkatan mulai dari risiko rendah seperti Surat Berharga Negara (SBN) hingga risiko tinggi seperti volatilitas pasar. Pemahaman yang solid mengenai risiko investasi juga dapat membantu investor untuk menemukan peluang, ancaman, dan juga biaya yang terdapat saat melakukan investasi.

Baca Juga: 6 Tips Investasi Keuangan Forex Modal Kecil untuk Pemula

Ketahui Jenis-Jenis Risiko Investasi

Pilih risiko investasi yang sesuai dengan profil investasi kamu

Manajemen risiko investasi dapat diterapkan dalam berbagai kondisi dalam dunia keuangan dan investasi. Seorang pialang saham menggunakan instrumen investasi seperti option dan perdagangan berjangka untuk melakukan mitigasi. Sedangkan Manajer Investasi menggunakan diversifikasi aset sebagai strategi mitigasi risiko. Agar kamu dapat menemukan strategi yang tepat, kamu perlu mengetahui risiko apa saja yang terdapat saat berinvestasi, berikut ini penjelasannya.

1. Risiko Pasar

Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi akibat adanya fluktuasi harga pada komoditas ataupun aset di pasar. Hal ini terjadi akibat perubahan jumlah permintaan dan penawaran dan juga persepsi dari sentimen pasar. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kondisi pasar di antaranya adalah black campaign, kerusuhan, hingga kelangkaan bahan baku.

2. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas timbul akibat sulitnya menemukan pembeli yang berminat pada aset yang ditawarkan. Hal ini menyebabkan sulitnya menyediakan uang tunai pada periode waktu tertentu. Sebagai contoh, ketika seorang investor membutuhkan dana darurat dan ingin menjual aset berupa properti. Namun, ia kesulitan menemukan peminat propertinya, sehingga investor harus menjual aset dengan harga murah. Beberapa contoh aset yang memiliki likuiditas yang rendah di antaranya adalah barang antik, kendaraan mewah, properti, hingga benda bernilai seni seperti lukisan.

3. Risiko Inflasi

Risiko inflasi terjadi akibat kenaikan harga barang sehingga menurunkan nilai aset dan daya beli. Penurun daya beli juga menyebabkan masyarakat kesulitan untuk membeli produk yang diproduksi oleh perusahaan sehingga kinerja keuangan perusahaan menurun. Jika seorang investor memiliki simpanan sebesar Rp20.000.000 di rekening deposito dengan tingkat inflasi sebesar 5%, maka nilai dari simpanan yang ia miliki berkurang sebesar Rp1.000.000 setiap tahun.

4. Risiko Negara atau Politik

Risiko negara atau politik dapat memengaruhi kondisi pasar sehingga nilai aset yang dimiliki investor dapat berkurang. Contohnya, apabila terjadi kerusuhan akibat terbitnya undang-undang tenaga kerja yang dapat menimbulkan aksi demo. Hal ini akan berakibat terhentinya kegiatan produksi dan kegiatan lainnya dan menyebabkan gejolak harga saham di bursa saham. Investor luar negeri juga akan menarik dananya secara bersamaan sehingga dapat menimbulkan sentimen negatif.

5. Risiko Nilai Valuta Asing

Risiko nilai valuta asing berkaitan dengan performa neraca dagang dan sanksi ekonomi yang diterima oleh suatu negara. Hal ini dapat menyebabkan fluktuasi pada harga mata uang sehingga kegiatan perdagangan antar negara terganggu. Penurunan nilai mata uang dapat menyebabkan harga barang impor menjadi mahal, utang negara semakin besar, hingga krisis moneter.

6. Risiko Pergerakan Suku Bunga

Risiko suku bunga dapat menyebabkan kerugian bagi investor karena kinerja keuangan perusahaan menjadi negatif. Utang perusahaan di bank menjadi lebih besar akibat peningkatan suku bunga. Selain itu, harga perumahan juga semakin mahal dikarenakan sebagian besar pembeli masih memerlukan KPR, sehingga dapat menurunkan jumlah peminat. Peningkatan suku bunga juga dapat meningkatkan inflasi serta menurunnya permintaan pinjaman usaha di bank.

7. Risiko Reinvestasi

Keputusan manajemen perusahaan untuk tidak membagikan keuntungan atau dividen dapat mengurangi keuntungan investor. Hal ini terjadi saat perusahaan membutuhkan suntikan dana untuk mempertahankan daya saing atau melakukan ekspansi bisnis. Meskipun begitu, investor masih bisa mendapatkan keuntungan dari peningkatan harga saham (capital gain) akibat peningkatan kinerja perusahaan.

Baca Juga: Apa itu Trading? Kenali Jenis, Keuntungan, dan Risikonya

Meminimalisir Risiko dengan Manajemen Risiko Investasi

Lakukan diversifikasi aset untuk cegah risiko

Kesuksesan berinvestasi bergantung pada bagaimana kamu mengelola risiko, bukan menghindarinya. Kamu tidak bisa sepenuhnya menghindari risiko investasi, namun kamu masih bisa menguranginya dengan mengelola risiko investasi secara efektif. Bagaimana cara melakukan manajemen risiko investasi yang efektif? Berikut ini langkah-langkahnya!

1. Pelajari Jenis Investasi untuk Manajemen Risiko Investasi

Kamu bisa menemukan instrumen investasi yang tepat jika kamu sudah memelajari semua jenis instrumen investasi yang tersedia. Kamu bisa memilihnya berdasarkan kemampuan finansial, likuiditas, dan kestabilan emosi kamu. Kamu bisa memilih saham atau reksadana jika kamu belum banyak memiliki uang, akan tetapi kamu harus memiliki emosi yang stabil saat terjadi gejolak pada pasar saham.

Jika kamu ingin investasi yang lebih aman dan memiliki nilai yang selalu naik, maka properti bisa kamu jadikan alternatif pilihan. Hanya saja kamu harus siap dengan risiko likuiditas karena properti cukup sulit untuk dijual ketimbang aset lainnya. Ada banyak lagi jenis investasi yang bisa dipilih untuk melakukan manajemen risiko investasi, mulai dari emas, saham, SBN, deposito dan lain-lain.

Semua jenis investasi memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Akan lebih bijak kalau kamu memiliki beberapa jenis investasi dalam portofolio investasi. Untuk itu, kamu harus tahu cara membuat portofolio dan melakukan rebalancing asset.

2. Manajemen Risiko Investasi dengan Diversifikasi Portofolio

Menaruh semua uang dalam satu wadah akan sangat berisiko apabila wadah yang kamu gunakan untuk berinvestasi mengalami kerugian. Karenanya, kamu harus menaruh uang dalam beberapa wadah berbeda dengan proporsi yang tepat. Hal inilah yang disebut sebagai diversifikasi portofolio untuk menyebarkan risiko investasi.

Untuk melakukan diversifikasi portofolio kamu harus tahu wadah yang tepat dan berapa kamu harus mengalokasikan uangmu dalam masing-masing wadah. Beberapa orang memiliki proporsi yang berbeda tergantung dari kebutuhan likuiditas dan kapasitas risiko yang sanggup ia tanggung.

Beberapa investor mengalokasikan uangnya pada beberapa instrumen berbeda seperti emas, obligasi, saham, dan deposito. Sebagian lainnya menaruh uangnya pada beberapa jenis saham yang berbeda, namun tetap pada satu instrumen yang sama. Pertimbangan ini juga dipengaruhi oleh stabilitas emosi dan juga profil risiko yang sanggup ditanggung.

3. Manajemen Risiko Investasi dengan Kenali Profil Risiko

Profil risiko adalah kemampuan investor untuk menanggung risiko kehilangan modal saat diinvestasikan. Profil risiko biasanya dapat dilihat pada faktor usia, pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat emosi yang ia miliki. Misalnya, jika kamu berusia 20-an dan belum menikah serta memiliki tanggung jawab keuangan yang lebih sedikit, maka kamu dapat dikatakan lebih toleran terhadap risiko dibandingkan dengan investor lain yang berusia akhir 50-an dan telah menikah dengan anak-anak yang membutuhkan dana kuliah. Agar lebih tahu apa saja jenis profil risiko yang ada simak penjelasannya di bawah ini.

1. Profil Risiko Investasi yang Konservatif

Seseorang dapat dikatakan memiliki profil risiko yang konservatif apabila ia tidak berani mengambil risiko kerugian sama sekali dan lebih mengharapkan keamanan meskipun dengan keuntungan kecil. Ia akan sangat mudah panik apabila ia mendapati nilai asetnya menurun, itu sebabnya ia lebih menyukai aset dengan risiko kecil seperti deposito, emas, dan properti. Hal ini selain memberikan keuntungan yang kecil, juga dapat membuat investor mengalami masalah likuiditas karena aset yang aman cenderung sulit dijual.

Baca Juga: Tabungan Emas BRI: Ini Cara, Syarat & Keuntungannya

2. Profil Risiko Investasi yang Moderat

Seseorang dapat dikatakan sebagai investor dengan profil risiko moderat apabila ia mampu menanggung risiko secara proporsional dan mengharapkan keuntungan secara berkala. Seorang investor moderat biasanya memiliki kerangka waktu investasi antara 3-4 tahun. Investor dengan profil risiko moderat tidak mudah panik apabila ia mendapati nilai asetnya menurun. Contoh aset yang diminati antara lain gabungan dari aset berisiko kecil (seperti obligasi dan deposito) dan aset berisiko tinggi (valas dan saham).

Baca Juga: Cara Main Saham untuk Pemula, Trik agar Dapat Cuan

3. Profil Risiko Investasi yang Agresif

Seorang investor dengan profil risiko agresif akan sangat tenang saat menghadapi resesi. Justru saat resesi, ia akan meningkatkan pembelian aset dikarenakan harga aset yang turun drastis saat terjadi gejolak pasar. Investor jenis ini memiliki kerangka waktu jangka panjang lebih dari 5 tahun. Contoh aset yang diminati di antaranya adalah valas, kripto, dan saham, pasalnya ketiga aset ini memiliki potensi keuntungan yang besar dengan risiko yang besar pula. Meskipun toleran terhadap risiko, investor dengan profil agresif tetap melakukan diversifikasi.

Baca Juga: Keuntungan Investasi Bitcoin Bisa Diraih Pakai Cara-Cara Ini

Kelola Risiko Investasi Kamu Biar Makin Untung

Investasi cerdas dengan kelola risiko aset

Kamu sudah tahu cara melakukan manajemen risiko investasi dan berbagai macam jenis profil risiko. Untuk dapat mengetahui profil risiko kamu butuh pendampingan konsultan keuangan. Kamu bisa konsultasi cuma-cuma dengan Expert MoneyDuck dengan menekan tombol Konsultasi Gratis di bawah ini. Jangan lupa temukan informasi produk keuangan lain yang kamu butuhkan seperti asuransi, deposito, dan instrumen investasi lainnya hanya di MoneyDuck.