Rasio aktivitas laporan keuangan merupakan bagian penting dalam sistem keuangan perusahaan. Namun, terkadang pengelolaannya menemui kesulitan. Sebab analisis rasio aktivitas tidak bisa dikerjakan hanya dengan satu rumus saja, tetapi bisa membutuhkan hingga 10 rumus rasio keuangan.

Rasio aktivitas ini bertujuan sebagai tolok ukur tingkat efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan cash. Berikut inilah cara menghitung rasio aktivitas laporan keuangan yang paling efektif untuk diterapkan dalam perusahaan Anda.

Rasio Perputaran Persediaan (ITO - Inventory Turnover Ratio)

Rasio Perputaran Persediaan (ITO - Inventory Turnover Ratio)

Rasio inventor turnover diperlukan untuk menghitung efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Hasil dari rasio ini menunjukkan tingkat keberhasilan manajemen dari pengelolaan modal yang terdapat pada persediaan.

Adapun rumus menghitung rasio perputaran persediaan, yaitu:

ITO = Hpp atau COGS / Persediaan Rata-rata

Persediaan rata-rata yang dimaksud dalam rumus di atas ialah jumlah keseluruhan inventory dari awal dan akhir tahun, baru kemudian dibagi dua. Nilai HPP juga harus dibuat dalam setahun.

Nilai ITO yang makin tinggi menandakan semakin baik perputaran persediaan dalam perusahaan tersebut. Namun, bukan berarti nilai ITO yang rendah menandakan sesuatu yang buruk. Sebab terlalu tinggi nilai ITO juga belum tentu baik.

Rasio Perputaran Piutang (RTO – Receivable Turnover Ratio)

Rasio Perputaran Piutang (RTO – Receivable Turnover Ratio)

Rasio ini digunakan untuk menghitung efisiensi sebuah perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya, terutama pada perputaran piutang yang berhasil dilunasi dan digunakan kembali untuk produksi barang dalam waktu satu tahun atau satu periode.

Rumus menghitung RTO yaitu:

RTO = Pendapatan Bersih / Piutang Usaha

Sama seperti penjelasan di atas, nilai dalam rumus tersebut mesti disetahunkan atau dicari rata-ratanya.

Rasio Rata-rata Waktu Digunakan Menagih Piutang (ACP – Average Receivable Collection Period Ratio / DSO)

Rasio Rata-rata Waktu Digunakan Menagih Piutang (ACP – Average Receivable Collection Period Ratio / DSO)

Rasio ini juga disebut dengan rasio average collection period. Setiap piutang yang berhasil ditagih oleh perusahaan, dihitung rata-rata waktu pembayarannya menggunakan rasio ini.

Rumus dari rasio ini ialah:

ACP = 365 / RTO

Ingatlah, RTO = Receivable Turnover Ratio

Nilai ACP yang semakin kecil menunjukkan kualitas yang baik, karena itu berarti piutang para customer dapat ditagih perusahaan dengan cepat.

Rasio Perputaran Aset atas Penjualan Neto (TATO – Total Asset Turnover Ratio)

Rasio Perputaran Aset atas Penjualan Neto (TATO – Total Asset Turnover Ratio)

Perusahaan dapat mengetahui tingkat efektivitasnya dan manajemen dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan bersih (neto) dengan rasio ini.

Formula untuk menghitung rasio ini, yaitu:

TATO = Penjualan Bersih / Total Aset Rata-rata

Seperti rumus yang pertama, pada rumus ini penjualan bersih juga harus disetahunkan. Total aset rata-rata juga dalam setahun atau satu periode.

Nilai TATO yang tinggi menunjukkan keberhasilan manajemen dalam memanfaatkan setiap aktiva untuk meraih penjualan.

Rasio Perputaran Modal Kerja (WCTO – Working Capital Turnover Ratio)

Rasio Perputaran Modal Kerja (WCTO – Working Capital Turnover Ratio)

Perputaran modal kerja untuk mendapatkan penjualan neto dalam satu periode dapat diketahui dengan rasio ini.

Sebelum menghitung rasio WCTO, terlebih dahulu kita harus mengetahui berapa modal kerja dari emiten terkait. Rumusnya ialah:

Modal kerja = Total Aset Lancar – Liabilitas Jangka Pendek

Kemudian hitunglah rasio WCTO dengan rumus,

WCTO = Penjualan Bersih / Rata-rata Modal Kerja

Penjualan bersih = net sales

Rata-rata modal kerja yaitu jumlah modal kerja di awal tahun dan akhir tahun, lalu dibagi dua.

Jika periode perputaran modal kerja semakin pendek, maka perputarannya semakin cepat. Bila modal kerjanya tinggi maka perusahaan pun akan lebih efisien dan rentabilitas juga meningkat.

Rasio Perputaran Aktiva Tetap (FATO – Fixed Assets Turnover Ratio)

Rasio Perputaran Aktiva Tetap (FATO – Fixed Assets Turnover Ratio)

Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan dana yang terinvestasi pada inventaris perusahaan seperti pabrik dan peralatannya, untuk menghasilkan penjualan bersih. Atau dengan kata lain, berapa besarkah penjualan bersih yang diperoleh dari dana investasi pada aktiva tetap.

Rumusnya ialah:

FATO = Penjualan Bersih / Rata-rata Asep Tetap

Ketentuan nilai rata-rata aset tetap yang diperlukan dalam rumus tersebut sama dengan rasio aktivitas sebelumnya. Sedangkan data penjualan bersih mesti disetahunkan jika laporan keuangannya dari kuartal 1,2 dan 3.

Jika nilai FATO tersebut tinggi maka itu artinya penggunaan aset tetap semakin efektif, dan begitu pula sebaliknya.

Rasio Perputaran Utang Usaha kepada Supplier (PTO – Payables Turnover Ratio)

Rasio Perputaran Utang Usaha kepada Supplier (PTO – Payables Turnover Ratio)

Penghitungan rasio payables turnover bertujuan untuk mengetahui perputaran utang milik perusahaan kepada para supplier atau pemasok.

Formula yang digunakan, yaitu:

PTO = HPP / Utang Usaha

Data HPP atau COGS mesti disetahunkan jika LK yang digunakan tidak berasal dari laporan tahunan. Sedangkan utang usaha dibuat rata-ratanya terlebih dahulu.

Kecepatan tinggi dari pembayaran utang pada pemasok menandakan pengelolaan utang usaha dari perusahaan tersebut sudah tepat. Hal itu juga berarti ada kas dan aset yang cukup dari perusahaan untuk melunasi hutangnya pada pemasok.

Rasio Jumlah Hari yang Dibutuhkan untuk Melunasi Hutang Usaha (PPP – Payables Payment Period Ratio / DPO)

Rasio Jumlah Hari yang Dibutuhkan untuk Melunasi Hutang Usaha (PPP – Payables Payment Period Ratio / DPO)

Fungsi dari rasio DPO ialah untuk mengetahui rata-rata jumlah hari yang diperlukan perusahaan untuk membayar utang usahanya.

Rumusnya ialah:

DPO = 365 / Hasil Perhitungan Payables Turnover Ratio

Pembayaran kepada pemasok yang terlalu cepat dapat mengganggu likuiditas kas perusahaan. Namun, pembayaran yang terlalu lama juga dapat menurunkan tingkat kepercayaan pemasok terhadap perusahaan. Dan hal itu berpengaruh pada stok bahan baku produksi.

Rasio Hari yang Digunakan Menyimpan Persediaan (AIPP – Average Inventory Processing Period Ratio/ DSI / DIO)

Rasio Hari yang Digunakan Menyimpan Persediaan (AIPP – Average Inventory Processing Period Ratio/ DSI / DIO)

Setelah mendapatkan bahan baku, biasanya tidak seluruhnya langsung diproses atau dijual. Tetapi ada yang disimpan sebagai persediaan. Jumlah hari penyimpanan tersebutlah yang kemudian diketahui melalui rasio AIPP.

Rasio ini dikenal juga dengan istilah Days Sales of Inventory (DSI). Rumusnya yaitu:

DSI = 365 / Hasil Perhitungan Inventory Turnover

Semakin tinggi nilai AIPP atau DSI berarti semakin banyak persediaan yang menumpuk di gudang. Hal ini jelas akan cukup merugikan perusahaan dalam produksi dan pendapatan.

Rasio Efisiensi Aset dan Kewajiban Lancar untuk Menghasilkan Aset (CCC – Cash Conversion Cycle Ratio)

Rasio Efisiensi Aset dan Kewajiban Lancar untuk Menghasilkan Aset (CCC – Cash Conversion Cycle Ratio)

Rentang waktu yang diperlukan perusahaan untuk membeli bahan baku hingga mampu menjual seutuhnya dapat ditentukan dengan rasio CCC ini.

Rumus yang digunakan ialah:

CCC = ACP + AIPP - DPO

Semakin pendek nilai rasio CCC ini maka semakin baik. Karena itu artinya penjualan barang atau jasa perusahaan berjalan lancar dan cepat. Sebaliknya, bila nilainya panjang maka bisa jadi ada masalah dalam proses penyediaan atau penjualan produk perusahaan.

Manfaatkan Kalkulator Saham Excel

Manfaatkan Kalkulator Saham Excel

Memang cukup banyak rumus atau formula yang dibutuhkan untuk menghitung rasio aktivitas laporan keuangan. Namun, Anda tidak perlu khawatir karena saat ini telah hadir aplikasi kalkulator saham excel yang dapat memudahkan Anda dalam mengurus laporan keuangan. Meski demikian, bukan berarti Anda tidak perlu menguasai rumus dari rasio-rasio tersebut. Sebab baik manual maupun otomatis, keduanya sama-sama penting.