Sebelum memutuskan untuk terjun ke pasar modal dan melakukan kegiatan jual beli saham, ada baiknya kamu mengetahui terlebih dahulu mengenai metode analisis yang umum digunakan, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Kemampuan menganalisa situasi pasar akan membantu kamu mengambil strategi tepat apakah saat ini kamu harus menjual saham atau justru menambah kepemilikan saham kamu. Sehingga kamu bisa mencapai target investasi, yaitu mendapatkan profit.
Jika kamu asal investasi tanpa dibekali ilmu yang tepat, kamu berisiko menelan kerugian. Nah, yuk ketahui lebih lanjut mengenai perbedaan analisis teknikal dan fundamental saham, data apa saja yang diamati, beserta manfaat dari masing-masing metode dengan membaca artikel MoneyDuck berikut ini.
Mengenal Analisis Teknikal Saham
Analisis teknikal saham merupakan salah satu metode analisis saham yang memfokuskan pengamatan terhadap data harga historis dari sebuah saham pada periode waktu tertentu. Seorang investor yang melakukan analisis teknikal akan mengamati grafik pergerakan suatu saham beserta pola-pola pergerakan yang terjadi sebelum memutuskan untuk mengambil keputusan pada pasar saham.
Biasanya, metode analisis teknikal ini digunakan untuk trading saham jangka pendek. Bahkan, beberapa trader saham yang sudah berpengalaman dapat melakukan analisis teknikal untuk melakukan jual beli saham dalam jendela waktu beberapa menit saja.
Indikator Analisis Teknikal Saham
Selain mengamati grafik pergerakan saham, pada metode analisis teknikal juga dilakukan pengamatan terhadap beberapa indikator analisis teknikal penting yang membantu dalam memprediksi pergerakan tren harga saham di masa yang datang. Berikut ini merupakan beberapa indikator yang kerap diamati saat melakukan analisis teknikal saham.
1. Moving Average (MA)
Moving Average atau yang biasa disingkat dengan MA adalah salah satu indikator garis pada analisis teknikal saham untuk menganalisis pergerakan rata-rata harga dari sebuah saham saat bursa tutup pada beberapa waktu sebelumnya. Nilai moving average dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh harga pada saat tutup bursa dari suatu saham lalu dibagi dengan jumlah hari yang hendak menjadi analisis.
Seperti contoh MA5, berarti indikator analisis teknikal tersebut menghitung harga rata-rata penutupan saham dalam jangka waktu lima hari sebelum waktu yang sekarang. Begitu pula dengan MA10, MA30, MA100, dan lain sebagainya juga mengikuti aturan tersebut hanya saja periode harinya yang diubah-ubah. Indikator MA sangat berguna untuk melakukan pengukuran momentum, mengkonfirmasi tren pergerakan harga saham, serta dapat juga membantu dalam menentukan support dan resistance pada tahap analisis teknikal.
2. Moving Average Convergence Divergence (MACD)
Indikator analisis teknikal selanjutnya yang tidak kalah penting adalah Moving Average Convergence Divergence atau yang biasa disebut dengan MACD. Indikator analisis teknikal ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu MACD Histogram, MACD Line, dan juga Signal Line.
Jenis indikator saham ini berguna untuk mengetahui apakah suatu saham telah mencapai masa “jenuh beli” dan “jenuh jual” dengan memerhatikan korelasi antara indikator moving average jangka pendek dan jangka panjang. Jika MACD Line bersilangan dengan Signal Line ke atas (cross up), maka menandakan sinyal beli. Dan sebaliknya, persilangan ke bawah (cross down) antara Signal Line dengan MACD Line menunjukkan sinyal jual.
3. Stochastic Oscillator
Stochastic Oscillator merupakan salah satu indikator analisis teknikal saham yang cukup terkenal bagi para trader saham pemula. Indikator ini dibuat dengan mengamati hubungan dari harga penutupan saham terakhir lalu membandingkannya dengan harga terendah dan harga tertinggi pada kurun waktu tertentu. Indikator stochastic ini mirip dengan MACD yang mampu menunjukkan apakah suatu saham sedang mengalami jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold).
Pada saat grafik pergerakan harga suatu saham telah memasuki area oversold, maka dapat diartikan bahwa saham tersebut sudah jenuh jual dan berkemungkinan besar untuk harganya jadi berbalik ke atas. Dan sebaliknya, jika harga saham telah memasuki area overbought, maka harga saham dinilai telah jenuh beli sehingga harganya memiliki kemungkinan besar untuk berbalik ke bawah.
4. Relative Strength Index (RSI)
Indikator Relative Strength Index atau RSI adalah indikator analisis teknikal yang biasanya digunakan pada analisis keuangan, termasuk analisis saham secara teknikal. Seperti dua indeks sebelumnya, RSI dapat digunakan sebagai indikator jenuh beli atau jenuh jual pada saham. Hal yang membuatnya berbeda ialah RSI hanya terdiri dari satu garis pergerakan saja.
RSI ini dapat digunakan sebagai parameter momentum untuk mengukur pergerakan harga dari suatu saham. Apabila RSI suatu saham mengalami kenaikan momentum, maka hal tersebut menandakan saham sedang dibeli dengan aktif. Begitu juga sebaliknya, apabila terjadi penurunan momentum, maka transaksi jual pada saham tersebut lebih kuat ketimbang transaksi belinya.
Baca Juga: Cara Melihat Harga Saham di IDX, Gak Pakai Ribet!
5. On-Balance Volume (OBV)
On-Balance Volume merupakan indikator volume yang umum dipakai oleh investor guna memperkirakan pergerakan harga yang besar di masa depan. Indikator saham ini dihitung berdasarkan akumulasi dari perhitungan antara tekanan jual dan beli dari suatu saham.
Dengan mengamati indikator ini serta dibandingkan dengan pergerakan dari harga saham, maka investor dapat memperkirakan alur tren harga saham di masa depan masih akan terus berjalan atau sudah mulai menunjukkan tanda pembalikkan tren.
6. Bollinger Band (BB)
Bollinger Band merupakan indikator yang terdiri dari tiga garis, yakni simple moving average, lower band, dan upper band. Biasanya, indikator berikut digunakan investor untuk memprediksi tingkat fluktuasi harga saham. Selain itu, Bollinger Band juga dipakai untuk memperkirakan potensi harga tertinggi dan terendah yang bisa saja terjadi di masa yang akan datang.
Dalam prinsip penggunaannya, Bollinger Band akan digunakan untuk membantu dalam mengambil keputusan jual beli saham. Jika harga saham menutup pada area lower band, hal ini menjadi sinyal bagi investor untuk membeli saham. Sedangkan apabila harga saham menutup pada area upper band, maka berlaku hal sebaliknya.
7. Accumulation/Distribution Line
Accumulation/Distribution Line atau yang biasa dikenal dengan garis A/D merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengamati bagaimana penawaran serta permintaan akan suatu saham memengaruhi harganya. Indikator yang satu ini dapat menunjukkan seberapa besar aliran uang yang masuk dan keluar dari sekuritas. Seperti pada indikator OBV, garis A/D juga dapat digunakan untuk memperkirakan laju tren harga saham di masa mendatang apabila membandingkannya langsung dengan grafik harga saham.
8. Aroon Indicator
Aroon Indicator ini tersusun atas dua garis, yaitu Aroon-up dan Aroon-down. Kedua garis indikator tersebut digunakan untuk menunjukkan kekuatan dari suatu tren harga saham yang sedang terjadi. Dengan mengamati indikator ini, investor dapat memperkirakan kapan tren akan berbalik arah dan menentukan titik yang tepat untuk masuk ke dalam market saham.
Untuk membacanya, kita perlu mengamati perilaku antara kedua garis tersebut. Apabila garis Aroon-up memotong garis Aroon-up di atasnya, atau sebaliknya, maka ada kemungkinan terjadinya pembalikan tren harga saham. Jika garis Aroon-down terletak pada angka nol dan kemudian bersimpangan dengan garis Aroon-up, hal itu menunjukkan titik masuk yang cepat karena tren kemungkinan besar akan berbalik menjadi naik. Prinsip yang sama berlaku juga untuk kejadian sebaliknya.
Apa Itu Analisis Fundamental Saham?
Nah, untuk memahami perbedaan analisis teknikal dan fundamental saham, kamu juga harus mengetahui lebih detail apa itu analisis fundamental saham? Analisis fundamental adalah metode analisis untuk memahami saham dengan memfokuskan pengamatan terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan kondisi perusahaan selaku pihak yang menerbitkan saham. Data yang digunakan analisis fundamental merupakan data yang mengacu pada laporan perusahaan keuangan.
Metode analisis ini mengharuskan investor untuk mempertimbangkan banyak faktor yang dapat memengaruhi lini bisnis perusahaan, termasuk juga faktor mikro dan makro ekonomi. Dengan menggunakan metode analisis fundamental saham, investor mengharapkan dapat menaruh modal dalam bentuk saham ke perusahaan yang baik dan secara nilai ekonomi masih akan bertumbuh di masa mendatang.
Rasio dalam Analisis Fundamental Saham
Dalam pengaplikasiannya, analisis fundamental saham juga mengamati beberapa rasio yang dapat membantu menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan dan juga saham yang diterbitkannya. Berikut merupakan beberapa rasio yang biasa diamati dalam metode analisis fundamental.
1. Price Earning Ratio (PER)
PER merupakan rasio yang diukur dengan membandingkan harga saham dan profit yang dihasilkan oleh perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Semakin kecil angka PER maka fundamental perusahaannya akan semakin baik pula.
2. Price to Book Value (PBV)
Rasio PBV didapatkan dari hasil membandingkan harga saham dengan nilai buku atau nilai intrinsiknya. Jika rasio PBV suatu perusahaan terbilang kecil, maka dapat dikatakan bahwa harga sahamnya masih murah dan terjangkau jika dibandingkan dengan nilai intrinsik yang ditawarkan.
3. Return on Equity (ROE)
Return on Equity atau ROE merupakan jumlah return atau imbal hasil dari laba bersih suatu perusahaan terhadap ekuitas. ROE sendiri dinyatakan dalam bentuk persen. Semakin tinggi persentase ROE, maka semakin baik pula saham tersebut.
4. Earning per Share (EPS)
Rasio ini menghitung perbandingan antara profit perusahaan yang bisa didapatkan dengan lembar saham yang beredar. Nilai EPS yang dapat dikatakan baik jika nilainya cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Semakin besar EPS, maka nilai fundamental sahamnya akan semakin bagus.
5. Debt Equity Ratio (DER)
Perhitungan DER didapatkan dengan membandingkan jumlah utang dengan ekuitas. Semakin kecil nilai DER, makan akan semakin baik juga perusahaannya.
Baca Juga: Gini Cara Baca Candlestick Saham yang Tepat Biar Cuan
Penting! Rincian untuk Analisis Fundamental
Selain mengamati beberapa jenis rasio di atas untuk memudahkan analisis fundamental, beberapa faktor di bawah ini juga perlu diamati untuk mengenal perbedaan analisis teknikal dan fundamental saham. Faktor-faktor analisis fundamental ini baik secara langsung ataupun tidak langsung akan memengaruhi kondisi bisnis dari suatu perusahaan. Berikut ini faktor-faktor lebih rinci yang harus diamati juga untuk melakukan analisis fundamental.
1. Analisis Ekonomi Global
Analisis fundamental saham juga melakukan pengamatan pada keadaan ekonomi global. Hal ini secara langsung akan memengaruhi iklim bisnis dari suatu perusahaan juga. Beberapa hal yang menjadi poin pengamatan adalah suku bunga bank sentral pada negara-negara maju, tingkat pertumbuhan ekonomi dari negara-negara di dunia, pergerakan harga komoditas global, dan lain sebagainya.
2. Analisis Ekonomi Makro
Analisis ekonomi makro pada ruang lingkup dalam negeri juga patut mendapat sorotan. Biasanya kondisi ekonomi makro di Indonesia seperti tingkat inflasi nasional, angka nilai tukar mata uang, pertumbuhan ekonomi, suku bunga bank, dan lain sebagainya sangat berpengaruh terhadap kondisi bisnis perusahaan.
3. Analisis Industri
Analisis terhadap iklim dari perusahaan yang bergerak di industri juga penting. Hal ini perlu juga dipertimbangkan dalam analisis fundamental investasi saham mengingat masing-masing sektor industri memiliki faktornya masing-masing yang memengaruhi pelaku bisnis pada sektor tersebut.
Perbedaan Analisis Teknikal dan Fundamental Saham
Setelah memelajari bagaimana masing-masing metode analisis dapat dilakukan, kita sudah dapat menarik beberapa perbedaan mendasar di antara kedua metode analisis tersebut. Berikut adalah beberapa poin perbedaan analisis teknikal dan fundamental saham.
1. Perbedaan Fokus Analisisnya
Perbedaan analisis teknikal dan fundamental saham yang pertama datang dari objek yang dijadikan analisisnya. Pada analisis teknikal, hal yang menjadi fokus analisisnya adalah tren statistik dari naik dan turunnya harga saham saja pada periode tertentu. Sedangkan pada analisis fundamental, kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari laporan keuangannya menjadi fokus pengamatan.
2. Perbedaan Jangka Waktu Investasi
Selanjutnya, perbedaan analisis teknikal dan fundamental saham dapat dibedakan dari jangka waktu investasi. Biasanya, para investor yang dominan menggunakan analisis fundamental akan berfokus kepada investasi untuk jangka waktu yang panjang dan mengharapkan nilai intrinsik dari perusahaan tersebut dapat berkembang seiring waktu. Sedangkan untuk para investor yang dominan memakai analisis teknikal, biasanya fokus mereka untuk melakukan trading jangka pendek hingga menengah saja.
3. Faktor yang Dianalisis
Faktor-faktor yang dianalisis juga menjadi poin perbedaan analisis teknikal dan fundamental. Pada analisis fundamental faktor yang diamati merupakan faktor yang menyebabkan pergerakan harga saham seperti kinerja keuangan suatu perusahaan, laporan laba rugi, sampai kepada keadaan ekonomi dalam lingkup mikro maupun makro. Sedangkan pada analisis teknikal, faktor yang dianalisis hanya pola-pola perubahan pada harga saham saja.
4. Periode Data Analisis
Perbedaan analisis teknikal dan fundamental saham selanjutnya adalah periode data analisis yang dipakai pada masing-masing metode. Analisis fundamental saham mempertimbangkan data-data pada periode saat ini dan juga data yang ada di masa lalu guna membantu dalam pembuatan keputusan. Sedangkan pada analisis teknikal saham, data yang dipakai untuk pertimbangan biasanya data masa lalu saja. Data tersebut akan dipergunakan untuk memperkirakan bagaimana harga saham akan berubah di masa yang akan mendatang.
Apa Perbedaan Manfaat Analisis Teknikal dan Fundamental?
Walaupun metode analisis teknikal dan fundamental saham mempunyai tujuan dan tata cara yang berbeda, kedua metode ini memiliki manfaat serta keuntungannya masing-masing. Setelah kamu mengasah kemampuan menganalisa faktor-faktor di atas, kamu akan lebih yakin dan tepat dalam bertransaksi saham dan menikmati manfaatnya. Nah, berikut penjelasan lebih lanjut terkait manfaat analisis teknikal dan fundamental saham.
Manfaat Analisis Teknikal Saham
- Memungkinkan untuk mengambil keputusan dalam pasar saham dengan jendela waktu yang cepat dan singkat.
- Dalam penerapannya, analisis teknikal saham tidak terlalu membutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai kondisi ekonomi dan keuangan dari suatu perusahaan.
- Dapat membantu untuk mengidentifikasi momen yang tepat untuk membeli dan menjual saham.
- Berguna untuk mendapatkan sinyal lebih awal berkenaan dengan bagaimana tren harga saham akan berlangsung.
Manfaat Analisis Fundamental Saham
- Dapat membantu untuk memprediksi tren saham dalam jendela waktu yang lebih panjang seiring bertumbuhnya perusahaan.
- Memungkinkan untuk menemukan perusahaan yang masih baik dan undervalue untuk diberikan modal.
- Dapat membantu untuk membedakan saham yang baik dan buruk dari segi fundamental bisnis perusahaan.
- Tidak mudah untuk merasa panik apabila harga saham mulai mengalami penurunan.
Kamu Harus Minimalisir Risiko
Dengan membaca penjelasan di atas, diharapkan kamu semakin paham perbedaan antara analisis teknikal dan analisis fundamental, beserta manfaat dari masing-masing metode analisis. Dengan memahami kedua metode analisis tersebut, sebagai pelaku pasar saham kamu dapat melakukan analisis yang tepat guna mengatur risiko yang bisa saja terjadi saat berinvestasi pada instrumen saham.
Pelajari lebih dalam mengenai investasi saham dan instrumen lain seperti reksadana, emas, deposito, obligasi, properti, cryptocurrency dengan membaca artikel MoneyDuck lainnya. Supaya kamu bisa mendapatkan semua informasi yang kamu butuhkan untuk memilih produk keuangan terbaik, kamu perlu berkonsultasi dengan ExpertDuck. Kamu bisa memulai bertanya langsung dengan cara menekan tombol Konsultasi Gratis yang ada di bawah ini!
Silahkan tinggalkan kesan dan opini Anda terhadap produk ini!