Investasi adalah salah satu aktivitas tak terpisahkan dalam kehidupan finansial seseorang, karena dengan berinvestasi, tujuan finansial jangka panjang dapat dicapai. Salah satu instrumen investasi terpopuler adalah saham. Saham menawarkan beragam keunggulan seperti mudah, terjangkau, dan menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Meskipun memiliki banyak keunggulan, saham juga memiliki kelemahan salah satunya adalah volatilitas.
Volatilitas adalah naik turunnya harga saham akibat faktor-faktor tertentu. Dengan mengenali faktor penyebab saham turun, investor dapat mengantisipasi penurunan harga saham dengan sikap yang tepat. Yuk baca apa saja faktor penyebabnya melalui artikel MoneyDuck di bawah ini!
Apa itu Saham
Saham atau disebut juga ekuitas adalah bukti keikutsertaan dalam penanaman modal pada sebuah perusahaan. Dengan kata lain, saham adalah bukti kepemilikan perusahaan dengan proporsi tertentu. Saham diperdagangkan pada pasar modal, kamu bisa membeli saham dengan mudah melalui aplikasi saham digital dengan modal minimal Rp100.000 saja. Sebagai investor, kamu akan mendapatkan keuntungan berupa dividen dan capital gain. Dividen adalah laba perusahaan yang dibagikan kepada investor secara berkala, sedangkan capital gain adalah keuntungan dari kenaikan harga saham.
Semua instrumen investasi memiliki keunggulan dan kelemahan, salah satu kelemahan investasi saham adalah volatilitas harga yang tidak dapat diprediksi. Meskipun begitu, dalam jangka panjang saham akan menunjukkan kinerja yang mengungguli instrumen lain. Jadi, penting sekali bagi setiap investor untuk memahami faktor penyebab saham turun dan bagaimana menghadapi situasi pasar yang mengalami penurunan.
Baca Juga: 7 Jenis Investasi Modal Kecil Bisa Cuan, Ini Bocorannya!
Faktor Penyebab Saham Turun
Ada banyak hal yang dapat menjadi penyebab saham turun, mulai dari kinerja manajemen hingga pengaruh makro ekonomi. Dengan mengenal setiap faktor-faktornya, investor dapat tetap tenang dan terhindar dari kepanikan. Berikut ini beberapa hal penyebabnya:
1. Fundamental Lemah
Analisa fundamental adalah metode analisa yang dilakukan oleh investor dengan menganalisa kinerja keuangan melalui laporan keuangan tahunan. Analisa fundamental dapat dilakukan dengan melihat berbagai jenis rasio yang terdapat di laporan keuangan. Misalnya, earning per share, price to earning ratio, price to book value, return on equity, debt to equity ratio, dan dividend yield. Jika fundamental keuangan perusahaan menunjukkan kinerja yang buruk bisa menyebabkan harga saham anjlok.
2. Restrukturisasi Perusahaan
Restrukturisasi perusahaan adalah upaya perombakan seluruh mata rantai bisnis untuk meningkatkan daya saing. Hal ini dapat dilakukan dengan merger, akuisisi, melakukan kerjasama strategis dengan perusahaan lain, mengurangi jumlah cabang, fokus pada produk dengan jumlah penjualan tertinggi, hingga melakukan likuidasi. Semua langkah strategis yang dilakukan perusahaan saat melakukan restrukturisasi bisa menggoyang kepercayaan publik sehingga nilai perusahaan ikut turun.
3. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dapat menjadi penyebab saham turun atau naik melalui insentif dan regulasi yang diterbitkan pemerintah. Contohnya, jika pemerintah menetapkan pajak dan UMR yang tinggi atau larangan ekspor atau impor bahan baku. Akan tetapi tidak semua kebijakan pemerintah berdampak buruk, ya. Kebijakan pemerintah dalam memberi subsidi kredit bunga dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga harga saham perusahaan akan naik.
4. Rumor dan Sentimen Pasar
Sentimen negatif akan memengaruhi kinerja saham di bursa. Bahkan harga saham dapat tetap turun meskipun perusahaan menunjukkan kinerja yang baik secara umum. Hal ini dikarenakan harga saham terbentuk oleh penawaran dan pembelian saham di pasar modal. Karenanya, investor harus dapat bersikap objektif terhadap semua berita dan rumor yang berkembang di pasar modal. Tetap memilih saham dengan fundamental yang baik meskipun sedang diterjang rumor yang buruk karena harga saham akan kembali naik seiring waktu.
5. Aksi Korporasi Perusahaan
Perusahaan yang tidak dapat menjaga citra perusahaan dengan baik akan mendapatkan sanksi dari pemerintah maupun konsumen dalam berbagai bentuk mulai dari pencabutan lisensi hingga aksi boikot. Contoh aksi korporasi yang buruk misalnya tidak menerapkan standar produksi yang baik, melakukan pengambilalihan lahan secara paksa, hingga terlibat tindakan pidana dapat merusak citra perusahaan.
6. Faktor Makro Ekonomi
Faktor makro ekonomi seperti gejolak geopolitik, naiknya suku bunga Amerika Serikat, hingga hubungan bilateral antarnegara dapat menjadi penyebab saham turun atau naik. Hal ini dapat memberikan efek jangka panjang atau pendek bergantung dari skala yang terjadi pada faktor makro ekonomi. Meskipun begitu, kinerja pasar saham akan kembali membaik ketika gejolak yang terjadi sudah mereda.
7. Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang
Pada umumnya semua perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham merupakan perusahaan yang juga melakukan perdagangan internasional. Pasalnya, perusahaan tersebut menjual produknya ke luar negeri atau membeli peralatan dan bahan baku dari negara lain. Sehingga fluktuasi nilai tukar mata uang dapat menjadi salah satu penyebab saham turun atau naik.
8. Manipulasi Pasar
Pada saham dengan market cap yang kecil harga saham dapat dengan mudah dimanipulasi oleh bandar saham, sehingga menyebabkan volatilitas yang tinggi pada harga saham. Jadi, pastikan saham yang kamu beli merupakan saham dengan market cap yang besar agar tidak mudah dimanipulasi. Selain itu lakukan analisis fundamental secara mandiri dan jangan mengandalkan opini orang lain untuk mengambil keputusan investasi.
Baca Juga: Bisakah Memulai Trading Tanpa Modal?
Menghadapi Situasi ketika Harga Saham Turun
Setelah memahami faktor penyebab saham turun, investor juga perlu memahami sikap yang tepat saat menghadapi penurunan harga saham. Investor yang bijak akan terhindar dari kerugian dan bahkan dapat memanfaatkan krisis menjadi sebuah keuntungan. Sedangkan investor yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan mengalami kerugian saat harga saham turun. Berikut ini sikap yang tepat saat menghadapi penurunan kinerja saham:
Fokus pada saham fundamental baik
Perusahaan yang memiliki fundamental yang baik adalah perusahaan yang dikelola oleh manajemen yang kompeten. Hal ini dapat dilihat dari struktur perusahaan dan laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) ataupun situs resmi perusahaan. Selain itu, perusahaan yang baik memiliki rencana jangka panjang yang jelas serta melakukan praktik dan prosedur yang beretika dan berkelanjutan. Perusahaan dengan fundamental yang buruk biasanya dapat dikenali dengan rasio keuangan yang lemah dan praktik usaha yang tidak etis.
Membangun Rencana Investasi Jangka Panjang
Jangan tergiur untuk membeli saham yang mengalami kenaikan harga dalam kurun waktu yang singkat karena hal ini dapat disinyalir sebagai praktik manipulasi pasar. Sebaliknya, lakukan analisa fundamental secara mendalam dan objektif serta tanamkan modal untuk kurun waktu yang panjang. Selalu gunakan uang yang tidak akan digunakan dalam kurun waktu dekat agar kamu dapat berinvestasi dengan tenang.
Hindari Panic Selling
Panic selling biasa terjadi pada investor yang tidak melakukan analisa mendalam dan tidak dibekali dengan manajemen keuangan yang baik. Umumnya hal ini terjadi karena investor mengharapkan keuntungan yang tidak realistis dalam kurun waktu singkat sehingga investor cenderung melakukan spekulasi. Ia akan panik ketika harga saham turun. Selanjutnya ia akan menjual semua saham yang dimiliki dengan harga jual yang lebih rendah daripada harga beli. Alhasil investor mengalami kerugian atau bahkan menanggung utang karena melakukan spekulasi.
Diversifikasi Instrumen Investasi
Jangan menaruh uang yang dimiliki pada instrumen yang sama agar kamu tidak mengalami kerugian ketika harga saham turun. Sebaliknya, kamu juga perlu diversifikasi uang investasi pada beberapa instrumen yang berbeda misalnya deposito, emas, reksadana, cryptocurrency, dan sebagainya. Apabila salah satu instrumen investasi yang dimiliki mengalami penurunan harga, maka instrumen yang lain akan meminimalisir kerugian yang dialami.
Rebalancing Aset
Rebalancing aset adalah kegiatan untuk mengevaluasi dan mengembalikan portofolio investasi pada proporsi ideal. Sebagai contoh, kamu adalah investor konservatif yang memiliki proporsi portofolio yang terdiri dari 50% properti, 30% deposito, dan 20% saham. Seiring waktu, kenaikan harga saham membuat proporsi portofolio yang dimiliki berubah menjadi 40% properti, 10% deposito, dan 50% saham.
Hal ini membuat kamu tidak nyaman karena kamu terpapar risiko yang tidak sesuai dengan profil risiko sebagai investor konservatif. Akibatnya kamu mudah panik ketika harga saham mengalami fluktuasi. Agar kamu tetap merasakan keamanan finansial, lakukan rebalancing aset dengan mengembalikan proporsi portofolio seperti semula.
Raih Kebebasan Finansial dengan Strategi Investasi Terbaik
Kamu sudah tahu semua faktor penyebab saham turun dan bagaimana menyikapinya. Dengan menyusun strategi investasi yang tepat kamu dapat merasakan kebebasan finansial. Untuk bisa mendapatkan rekomendasi platform investasi terbaik, kamu bisa konsultasi dengan ExpertDuck. Kamu juga bisa mendapatkan rekomendasi produk keuangan lain yang dibutuhkan seperti asuransi, pinjaman bank, kartu kredit, dan sebagainya. Yuk, tekan tombol Konsultasi Gratis di bawah ini!
Silahkan tinggalkan kesan dan opini Anda terhadap produk ini!